The Dual Nature of Education

Amsal 23:15-26

  1. Kitab Amsal sangat peduli terhadap pendidikan dan pengajaran. Kitab ini berulangkali menyuarakan betapa berharganya pengajaran dan nasihat. Pengajaran dan didikan yang benar dapat menjadi jaminan bagi generasi yang akan datang untuk hidup lebih baik. Dengan demikian, jika kita mesti mewariskan sesuatu pada anak, cucu, generasi penerus maka wariskanlah pada mereka hikmat yang meliputi pengajaran, nasihat, didikan yang benar. Masalah pengajaran di era modern ini ialah: lebih mengutamakan (1) education to be smart (we must learn to be genius) dan meninggalkan (2) education to be good. Dengan adanya ketimpangan pada dua tujuan dasar pengajaran ini maka akan menghasilkan masyarakat atau ge nerasi yang perlahan-lahan melupakan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Tentunya Kitab Amsal tidak “mengharamkan” pengajaran tentang bagaimana seseorang menjadi pintar (pikiran- genius), namun pengajaran yang langsung pada “hati” tentang bagaimana menjadi baik lebih berharga dari apapun. Hampir senada dengan itu, President Amerika Serikat Theodore Roosevelt, 1901-1909 mengatakan “to educate a man in mind and not in morals is to educate a menace to society.”
  2. Apa yang sebaiknya kita lakukan saat ini ialah menyeimbangkan pengajaran tentang bagaimana menjadi smart dan bagaimana menjadi baik. Tentunya kita berharap bahwa khotbah hari ini akan menyadarkan orangtua yang selalu mendorong anak-anak mereka menjadi pintar/smart dan melupakan ajaran dan teladan untuk menjadikan anak-anak memiliki hati yang baik, jujur, dan penuh kasih. Kita tidak dapat mengabaikan peranan dari orangtua (ayah dan ibu) pada pertumbuhan kepribadian dan pendidikan anak-anak mereka. Mengerahkan segala upaya untuk mendapatkan biaya yang cukup untuk pendidikan anak yang mahal di sekolah harus seimbang dengan upaya memberikan teladan hidup yang baik dalam kehidupan setiap hari di rumah/keluarga. Juga tidak salah jika mewariskan anak-anak dengan harta kekayaan yang cukup untuk kehidupan mereka, namun wariskan juga hikmat melalui teladan dan pengajaran yang benar untuk hidup yang lebih baik.
  3. Saat kita mengajar generasi yang akan datang tentang bagaimana menjadi baik, tentu kita harus menjelaskan bagi mereka apakah defenisi atau arti yang umum dari “kebaikan” itu. Untuk memulai hal itu, kita dapat belajar pada teladan dan pengajaran yang diberikan atau diwariskan Tuhan Yesus Kristus kepada semua orang percaya. Dalam hidupNya, Ia selalu berusaha melakukan yang benar di hadapan Tuhan Allah. Ia “mematikan” kehendaknya sediri untuk kemudian memenangkan kehendak Sang Bapa. Dan di puncak pengabdian Nya, Ia menyerahkan nyawaNya demi semua orang. Dengan demikian “kebaikan” itu ialah memiliki hati yang terus menerus berusaha melakukan dan memenangkan yang benar di hadapan Allah. Dan “kebaikan” itu ialah tak kala kita tidak hidup untuk diri sendiri dalam keegoisan kita, tetapi berpikir dan juga berbuat yang terbaik demi banyak orang. Dengan demikianlah kita memiliki hati yang penuh hikmat, hati sebagai hamba yang melayani semua orang, hati yang berkenan bagi Allah. Amin

Erwin Rambe

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *